Di Chapter 4 buku karangan Henry Jetkins, Convergence Culture : Where Old and New Media Collide, ia membahas betapa konvergensi media merupakan perubahan dan terobosan yang begitu merubah media di jaman dahulu dengan media di jaman sekarang.
Ia menulis contoh tentang Film Star Wars, yang merupakan salah satu film legendaris yang terkenal dan disukai banyak orang. Film Star Wars yang awalnya dibuat pada tahun 1977 akhirnya berkembang menjadi 6 seri dan berahir pada tahun 2005, dengan sutradara dan penulis skrip yang berbeda. Namun karakter-karakter di Film Star Wars seakan-akan mendarah daging di dalam diri penggemarnya, sehingga tak jarang kita temukan orang yang berbusana cosplay mengikuti karakter-karakter di film Star Wars. Alur cerita, teknologi yang digunakan dalam film, teknik pengambilan gambar, dan efek-efeknya, semuanya kian berkembang. Semua improvisasi ini membuat Star Wars semakin digemari tidak hanya dari pecinta film, namun juga pecinta teknologi yang mengagumi proses pembuatannya. Makanya, Star Wars bisa dikatakan salah satu film tersukses yang memberikan pengaruh di dunia.
Kesuksesan film Star Wars merambah ke bagian produksi games, mainan anak-anak, kostum, dan lainnya. Dan para penggemar yang menyukainya sekarang bisa dengan mudah bertukar informasi lewat forum diskusi di internet. Dulu, kalau orang-orang hanya bisa menonton di bioskop atau di televisi rumah, dengan adanya konvergensi media jaman sekarang, orang bahkan bisa menontonnya lewat internet via streaming, atau mendownloadnya lewat situs-situs yang memang dikhususkan untuk mendownload movie dan tv series (bisa dalam bentuk torrent).
Konvergensi berasal dari bahasa Inggris yaitu convergence. Kata konvergensi merujuk pada dua hal/benda atau lebih bertemu dan bersatu dalam suatu titik. Istilah konvergensi ini bisa dipadukan dengan kata-kata lainnya, misalnya dalam konteks ini adalah media. Sehingga, konvergensi media berarti penggabungan atau pengintegrasian media-media yang ada untuk digunakan dan diarahkan ke dalam satu titik tujuan. Istilah konvergensi secara umum juga ada kaitannya dengan perkembangan teknologi komunikasi dan informasi. Istilah konvergensi mulai banyak digunakan sejak tahun 1990-an. Kata ini umum dipakai dalam perkembangan teknologi digital, integrasi teks, angka, gambar, video, dan suara (Briggs dan Burke, 2000: 326).
Konvergensi ini tidak hanya didorong oleh kepentingan bisnis untuk memperlebar pasar, namun juga akibat dari hasrat konsumen untuk lebih mudah mendapatkan konten dengan media di manapun, kapanpun, dan dalam format apapun yang mereka inginkan. Atau sederhananya, konvergensi media ini hadir bukan karena pola top-down tapi juga bottom-up (www.mizan.com). Konvergensi ini sangat mungkin dilakukan jika konten yang diproduksi telah hadir dalam bentuk digital misalnya mp3, mp4, jpg, png, gif, dan lainnya. Seiring dengan perkembangan teknologi, selalu saja ada alat dan cara baru untuk mempermudah manusia dalam melakukan tindakan komunikasi dan ini mengarah pada kata konvergensi.
Teknologi komunikasi baru memungkinkan sebuah media memfasilitasi komunikasi interpersonal yang memiliki jembatan penghubung atau mediasi. Dahulu ketika internet muncul di penghujung abad ke-21, pengguna internet dan masyarakat luas masih mengidentikkannya sebagai ”alat” semata. Berbeda halnya sekarang, internet menjadi ”media” tersendiri yang bahkan mempunyai kemampuan interaktif. Sifat interaktif ini membuat penggunanya bisa memberikan feedback secara langsung atas pesan-pesan yang mereka akses.
Saat ini orang tidak perlu repot-repot lagi jika ingin berkomunikasi.. Cukup lewat internet, orang bisa mengirim e-mail sambil menonton TV atau mendengar radio lewat live streaming lalu chatting. Semuanya bisa dilakukan dalam waktu yang singkat dan bersamaan.
Dalam konteks yang lebih luas, konvergensi media sesungguhnya bukan saja memperlihatkan perkembangan teknologi yang kian cepat. Konvergensi mengubah hubungan antara teknologi, industri, pasar, gaya hidup dan khalayak.
Singkatnya, konvergensi mengubah pola-pola hubungan produksi dan konsumsi, yang penggunaannya berdampak serius pada berbagai bidang seperti ekonomi, politik, pendidikan, dan kebudayaan. Di negara maju semacam Amerika sendiri terdapat tren menurunnya pelanggan media cetak dan naiknya pelanggan internet. Bahkan diramalkan bahwa dalam beberapa dekade mendatang di negara tersebut masyarakat akan meninggalkan media massa tradisional dan beralih ke media konvergen. Jika tren-tren seperti itu merebak ke berbagai negara, bukan tidak mungkin suatu saat nanti peran pers online akan menggantikan peran pers tradisional.
Untuk tetap menjaga eksistensi, Kompas, misalnya, kini mengikuti perkembangan yang ada. Mereka pun membuat situs Kompas.com yang membuat para pembacanya bisa melihat berita ter-update lewat akses internet. Majalah-majalah juga kebanyakan memiliki website dan memberlakukan mailing list untuk mendapatkan pelanggan secara online. Hal ini tidak berarti bahwa media cetak akan punah dan diabaikan oleh masyarakat, walau memang pada kenyataannya popularitasnya agak menurun. Tapi media cetak tetap membantu dan melengkapi sistem media yang berkembang sekarang ini.
Menyangkut tentang kreatifitas yang memasuki industri media, bisa kita lihat bahwa banyak sekali orang-orang yang terkenal justru karena video yang mereka post di youtube (baik video lypsinc atau menyanyi, bisa juga film pendek dan parodi). Kreatifitas yang menarik jaman sekarang ini tidak melulu harus memberikan edukasi namun juga taste yang fun, atau malah kontroversial. Perubahan standar ini juga merupakan hasil dari konvergensi media.
Sebenarnya ada sisi negatif yang dihasilkan oleh konvergensi media ini. Beberapa pertanyaan pokok yang harus dijawab terkait dengan isu regulasi media konvergen adalah; pertama, siapa yang paling berkewajiban untuk membuat format kebijakan yang mampu mengakomodasi seluruh kepentingan aktor-aktor yang telibat dalam konvergensi dan kedua adalah bagaimana isi regulasi sendiri mampu menjawab tantangan dunia konvergen yang tak terbendung. Misalnya pembajakan yang melanggar hak cipta. Dengan mudahnya orang bisa mengambil konten yang bukan miliknya dan menyebarkannya untuk mendapatkan profit. Ini sudah sering menjadi pembahasan dan regulasinya pun sudah dibuat, pengawasan juga sudah diperketat. Namun memang hal seperti ini sulit untuk dihindari. Semua hal selalu ada sisi positif dan negatifnya. Memang hal tersebut melanggar hak cipta, namun terkadang malah dengan penyebaran tersebut, penggemarnya lebih banyak dan informasi malah lebih luas tersebarnya.
Dalam hal penciptaan regulasi konvergensi media, institusi yang paling berwenang membuat regulasi adalah pemerintah atau negara. Cara pandang demikian dapat dipahami jika dilihat dari fungsi negara sebagai regulatory agent di dalam menjaga hubungan antara pasar dan masyarakat. Di satu sisi negara memegang kedaulatan publik dan di sisi lain negara mempunyai apparatus yang berfungsi menjaga efektif tidaknya sebuah regulasi. Gambaran ideal dari hubungan tiga aktor konvergensi (negara, pasar, masyarakat) ini mestinya berlangsung secara harmonis dan seimbang. Jangan sampai terdapat salah satu pihak yang mendominasi yang lain, misalnya media konvergen cenderung mendominasi masyarakat, sementara masyarakat tidak punya pilihan lain selain menerima apa adanya tampilan-tampilan yang ada pada media.
Sumber :
http://www.pustakanilna.com/intermedia/tantangan-masa-depan-konvergensi-media
Jemima Roselyn Maryono
04PFO
1301033690